Itulah satu – satunya mawar putih,
Hadiah pertemuan musim remaja,
Harumnya membajai kedewasaan,
Meskipun hanya cebisan layu.
Kini bukan waktu untuk bertanya,
Tentang pemetik mawar itu,
Yang menulis sejarah peribadi,
Di rumah berkaca,
Kelihatan anggun dari luar,
Tapi siapakah tahu,
Tentang gelisah hatinya?
Hanya kerana sekuntum mawar,
Terasa terhenti seluruh detik,
Segalanya ingin dimulakan kembali,
Namun itulah satu – satunya,
Yang tidak mungkin terjadi.
Mengingatinya atas nama kenangan,
Melontar diri ke laut fikir,
Apakah pertemuan hanya bermakna,
Setelah berlakunya pepisahan?
arinTaker
2001 / 2002
No comments:
Post a Comment